Di Desa Kalisari, Limbah Tahu Disulap Jadi Kerupuk
EtalaseBisnis.com – Peluang usaha bisa datang dari mana saja, termasuk dari bahan-bahan yang menurut kita biasanya diabaikan dan tidak digunakan. Salah satu contohnya adalah limbah tahu yang dijadikan kerupuk dengan nilai jual yang tinggi.
Ya, inovasi ini ada di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas yang notabene desa yang hampir semua warganya memiliki usaha sebagai perajin tahu.
Di desa terdapatkan 250 UKM yang telah memproduksi tahu sejak puluhan tahun silam.
Dari informasi yang disampaikan oleh Kepada Desa Kalisari, Ardan Aziz, saat acara Juguran Blogger, Sabtu-Minggu (14-15 Mei 2016) di Banyumas, beliau mengatakan bahwa kemunculan industri tahu di Desa Kalisari telah ada sejak jaman Belanda. Konon dulunya dibawah oleh seseorang yang berasal dari China bernama Baba Menang.
Dan diwariskan secara turun temurun hingga sekarang.
Saat ini telah terdapat sekitar 250 UKM yang ada di Desa Kalisari. Dari banyaknya jumlah perajin tahu ini, tentu limbah tahu yang dihasilkan juga banyak.
Melihat adanya fenomena ini, berkat kerjasama antara masyarakat Desa Kalisari dan Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto, akhirnya muncul inovasi baru untuk mengolah limbah padat tahu.
Dari hasil riset dan pengembangan yang dilakukan, akhirnya tercetuslah produk olahan limbah tahu berupa kerupuk ampas tahu.
Dan sejak 2010, akhirnya produk olahan dari limbah tahu ini dikembangkan oleh masyarakat di Desa Kalisari.
Dari total UKM yang ada, baru 142 UKM yang baru memanfaatkan limbah tahu sebagai produk olahan.
Salah satu pemilik usaha kerupuk ampas tahu yang saya temui kemarin adalah Pak Suwardi (60), yang merupakan perajin kerupuk ampas tahu perorangan. Unit usaha kerupuk di Desa Kalisari ini ada yang bentuk kelompok dan perorangan. Untuk kelompok terdiri sekitar 5-10 anggota. Nah, Pak Suwardi ini termasuk yang perorangan.
Di bantu tiga pegawainya, Pak Suwardi mampu memproduksi kerupuk ampas tahu sekitar 55 kg (kering) per hari. Padahal bahan yang digunakan per hari rata-rata 100 kg dengan perbandingan 50 kg untuk ampas tahu, dan 50 kg untuk tepung tapioka.
Proses pembuatan kerupuk ampas tahu ini pun cukup mudah dan cepat. Dari perbandingan di atas, dan ditambah beberapa bumbu seperti bawang puting, penyedap rasa dan bumbu lainnya, semua dicampur jadi satu kemudian dicetak bentuk balok kemudian dimasukkan dalam kulkas. Tujuannya agar teksturnya lebih mengeras sehingga nanti ketika dipotong bisa lebih mudah.
Setelah itu, baru dipotong menggunakan alat pemotong, dan kemudian dijemur.
Nah, yang menjadi kendala di usaha ini adalah faktor cuaca. Karena jika produksi setiap harinya banyak, dan cuaca tidak terlalu panas, maka banyak kerupuk mentah yang tidak bisa kering dengan cepat. Akhirnya harus dijemur kembali di hari berikutnya.
Kerupuk dari ampas tahu ini dijual dalam kondisi mentah. Dalam satu satu pack, berisi 21 bungkus dan dijual seharga Rp 34.000,- untuk retail, dan Rp 32.000,- untuk grosir.
Untuk masalah penjualan, telah ada pelanggan yang langsung mengambilnya. Sehingga Pak Suwardi tidak lagi harus mencari-cari konsumen lagi. Namun yang unik, dulu pernah dipromosikan melalui media sosial dibantu oleh anaknya. Mayoritas pelanggan kerupuk Pak Suwardi berasal dari daerah Banjar, Purbalingga dan Cilacap.