5 Trend Positif Investasi Reksadana di Indonesia
Investasi reksadana di Indonesia menunjukkan trend yang positif di beberapa tahun belakangan ini. Tentu ini menjadi hal baik untuk perkembangan bisnis di Indonesia. Karena secara tidak langsung ketika banyak orang berinvestasi khususnya melalui reksadana, ini juga memberikan dampak positif untuk bisnis ekonomi di Indonesia.
Karena memang sebelumnya bagi masyarakat Indonesia, investasi itu belum menjadi gaya hidup. Bayangan masyarakat kita investasi itu hanya untuk orang-orang berduit saja. Sehingga yang dilakukan hanyalah saving saja di bank. Padahal menabung dengan investasi itu beda.
Nah, adanya reksadana ini membuat masyarakat kita terbuka, dan akhirnya muncul trend positif berinvestasi reksadana. Ada 5 trend yang menunjukan masyarakat Indonesia mulai menyisihkan uangnya untuk diinvestasikan.
1. Pertumbuhan Investor Reksadana
Meskipun investor reksana di Indonesia masih tergolong sedikit, tetapi di tahun 2020 ini sudah mengalami kenaikan. Faktanya, menurut Ari Adil, Ketua Asosiasi Penasihat Investasi Indonesia (APII), di tahun 2019 lalu saja mengalami kenaikan sebesar 77,65%. Dari yang awalnya 995.510 investor, menjadi 1,77 investor reksadana.
Jelas ini menjadi kabar baik untuk dunia investasi di Indonesia. Tandanya masyarakat mulai terbuka dan paham akan investasi. Tidak sekadar menabung di bank saja, yang mana uang tidak bisa bertumbuh. Bahkan nilainya cenderung turun karena dampak inflasi.
2. Investasi Reksadana Murah
Kemauan untuk berinvestasi Reksadana itu murah. Trend positif ini didukung oleh kesadaran masyarakat kalau untuk berinvestasi reksadana itu bisa dilakukan dengan modal mulai Rp 100 ribu saja. Oke, dulu mungkin bayangannya kalau mau jadi investor harus butuh modal jutaah rupiah, tetapi adanya membuat orang-orang lebih tertarik.
3. Bisa Memilih Profil Risiko
Bayangan orang-orang ketika ingin berinvestasi adalah takut akan risikonya, yaitu rugi. Kemunculan Reksadana akhirnya membuat persepsi itu mulai terkikis. Karena dengan berinvestasi reksadana, kita bisa memilih profil risiko yang kita inginkan. Apakah kita ingin yang risikonya minim tapi return sedikit, atau risiko besar tapi return besar.
Misalnya saja kalau yang ingin risikonya minim, bisa memiliki Reksadana Pendapatan Tetap, atau yang ingin return besar bisa memiliki Reksadana Saham.
Pilihan-pilihan jenis reksadana inilah yang membuat masyarakat semakin tertarik untuk berinvestasi.
4. Reksadana Syariah Membuka Pasar Baru
Kita tidak bisa pungkiri, bahwa faktor sosial budaya dan agama bisa mempengaruhi tingkat investasi di suatu negara. Indonesia sendiri mayoritas adalah muslim, yang mana sangat teliti sekali dalam hal bermuamalah.
Meskipun ada investasi yang return nya tinggi, tetapi jika tidak memenuhi hukum syar’i, ya tidak banyak yang tertarik. Akhirnya dengan munculnya Reksadana Syariah, membuka pasar baru untuk dunia investasi di Indonesia.
Reksadana syariah ini menjadi solusi bagi kaum muslim di Indonesia yang awalnya takut untuk berinvestasi, kini menjadi merasa aman. Apalagi sudah dinaungi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari MUI.
5. Banyak Referensi yang Memudahkan Masyarakat
Masyarakat tidak paham tentang dunia investasi salah satunya diakibatkan oleh minimnya informasi tentang hal itu. Tetapi saat ini sudah banyak referensi di bidang investasi yang bisa didapatkan dengan mudah. Entah itu referensi offline seperti seminar investasi maupun referensi online seperti dari media sosial, blog investasi, maupun yang lainnya.
Kemudahan mendapatkan informasi tentang investasi inilah yang menjadikan masyarakat kita cepat terbuka dan aware soal investasi. Tidak hanya investasi Reksadana saja, tetapi juga instrumen investasi lain seperti investasi saham, investasi emas, dll.
Nah, bicara soal investasi saham, kita singgung sedikit. Reksadana juga memiliki produk reksadana saham, tetapi saat ini masyarakat kita juga sudah mulai tertarik untuk berinvestasi saham langsung di pasar modal.
Bedanya apa sih investasi saham di Reksadana dengan di Pasar Modal?
Tentu banyak, tetapi satu yang cukup bisa jadi pembeda utama adalah adanya Manajer Investasi (MI) di Reksadana. Ya, dengan berinvestasi saham di Reksadana, investor tidak perlu pusing memikirkan mau diinvestasikan ke emiten saham mana, karena semuanya sudah dikelola oleh Manajer Investasi. Ini berlaku juga untuk jenis produk Reksadana lain, seperti Pendapatan Tetap, Campuran, dll.
Nah sedangkan Investasi Saham di Pasar Modal, investor sendiri yang menentukan emitennya. Mudahnya mau diinvestasikan ke perusahaan mana uangnya, itu semua yang mengelola investor sendiri.
Terkesan ribet, tetapi sebenarnya tidak juga. Karena sekarang ini juga sudah banyak referensi terkait pasar modal, sudah banyak blog belajar saham Indonesia yang memberikan tips dan cara investasi saham di pasar modal.
Mungkin kalau Anda termasuk tipe orang yang tidak mau ribet, ya pilih saja di reksadana.
Itulah 5 trend positif investasi reksadana di Indonesia yang terjadi beberapa tahun terakhir ini. Tentu harapannya trend ini semakin naik, dan investor di Indonesia semakin mencapai angka yang ideal.
Originally posted 2020-10-16 14:43:30.