16 Jenis Data Analisis Fundamental Saham yang Harus Diketahui Sebelum Berinvestasi
Saham adalah salah satu instrumen investasi yang menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi di saham, seorang investor harus melakukan analisis terhadap kinerja dan prospek perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis ini disebut sebagai analisis fundamental saham.
Di Indonesia, semakin banyak orang yang tertarik untuk berinvestasi di pasar saham, terutama selama pandemi COVID-19. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada akhir 2020, terdapat lebih dari 3,8 juta investor aktif di pasar saham Indonesia.
Apa itu Analis Fundamental Saham?
Analisis fundamental saham adalah teknik analisis yang menitikberatkan pada faktor-faktor yang berkaitan dengan keuangan dan operasional perusahaan, persaingan usaha, industri, dan kondisi ekonomi makro dan mikro.
Dalam analisis fundamental saham, terdapat beberapa indikator kunci yang digunakan untuk mengevaluasi nilai suatu saham. Indikator tersebut meliputi rasio keuangan seperti rasio harga-keuntungan (P/E ratio), rasio harga-buku (P/B ratio), rasio utang-ekuitas (D/E ratio), dan sebagainya. Selain itu, analisis fundamental juga melibatkan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) perusahaan dan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi dan digitalisasi telah mengubah cara orang berinvestasi di pasar saham. Banyak platform online telah muncul untuk memfasilitasi investasi saham bagi individu yang tidak memiliki pengalaman atau pengetahuan tentang pasar saham.
Tujuan dari analisis fundamental saham adalah untuk menentukan nilai intrinsik atau nilai wajar dari saham, sehingga investor dapat membandingkannya dengan harga pasar saham dan menentukan apakah saham tersebut undervalued (terlalu murah), fair valued (wajar), atau overvalued (terlalu mahal).
Untuk melakukan analisis fundamental saham, seorang investor harus mengumpulkan dan menganalisis data-data fundamental yang relevan dan bermakna. Data-data fundamental ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti laporan keuangan, laporan tahunan, public expose, prospektus, laporan keterbukaan informasi perusahaan, berita-berita ekonomi dan bisnis, dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa sumber data fundamental saham yang harus diketahui sebelum berinvestasi:
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah sumber informasi utama tentang kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan harus disajikan secara transparan, akurat, dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Laporan keuangan dapat digunakan untuk menghitung berbagai rasio keuangan yang dapat mengukur kesehatan keuangan perusahaan, seperti rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan, valuasi, dan lain-lain.
Laporan Tahunan
Laporan tahunan adalah laporan yang disusun oleh manajemen perusahaan untuk memberikan gambaran umum tentang kinerja dan prospek perusahaan selama satu tahun buku. Laporan tahunan biasanya berisi visi dan misi perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi, susunan direksi dan komisaris, laporan manajemen, ikhtisar keuangan, analisis dan pembahasan manajemen (MD&A), tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), serta opini auditor independen.
Laporan tahunan dapat digunakan untuk mengetahui strategi bisnis perusahaan, tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan, serta rencana-rencana pengembangan perusahaan di masa depan.
Public Expose
Public expose adalah acara tatap muka antara manajemen perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholder), seperti investor, analis, media massa, regulator pasar modal, dan lain-lain.
Public expose biasanya dilakukan setidaknya sekali dalam setahun untuk menjelaskan kinerja perusahaan selama periode tertentu dan memberikan proyeksi kinerja perusahaan untuk periode berikutnya. Public expose dapat digunakan untuk mendapatkan informasi langsung dari manajemen perusahaan tentang hal-hal yang tidak tercantum dalam laporan keuangan atau laporan tahunan.
Prospektus
Prospektus adalah dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan ketika melakukan penawaran umum perdana (IPO) atau penawaran umum terbatas (rights issue). Prospektus berisi informasi penting tentang perusahaan yang melakukan penawaran umum sahamnya kepada publik, seperti latar belakang perusahaan, bidang usaha perusahaan
Jenis Data Analisis Fundamental Saham
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam saham, penting untuk memahami dan menganalisa data fundamental saham perusahaan terkait.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa jenis data fundamental saham yang harus diketahui sebelum melakukan investasi di pasar saham.
1. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan adalah jumlah uang yang diperoleh oleh sebuah perusahaan dari penjualan produk atau jasa yang ditawarkan. Data pendapatan dapat memberikan gambaran tentang seberapa sukses perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan pertumbuhannya dari waktu ke waktu. Ada dua jenis pendapatan utama dalam saham, yaitu:
- Pendapatan Bersih (Net Income): Pendapatan setelah dikurangi biaya dan beban, termasuk pajak.
- Pendapatan Operasional (Operating Income): Pendapatan sebelum biaya dan beban, termasuk pajak.
2. Laba (Profit)
Laba adalah pendapatan bersih yang dihasilkan oleh perusahaan setelah semua biaya dan beban telah dikurangi. Ada tiga jenis laba yang paling umum dalam saham:
- Laba Bersih (Net Profit): Laba setelah dikurangi semua biaya dan beban, termasuk pajak.
- Laba Kotor (Gross Profit): Laba sebelum dikurangi biaya dan beban, tetapi setelah dikurangi biaya produksi.
- Laba Operasional (Operating Profit): Laba sebelum dikurangi biaya dan beban, tetapi setelah dikurangi biaya produksi dan biaya operasional.
3. Dividen
Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham. Dividen dapat diberikan dalam bentuk uang tunai atau saham tambahan. Perusahaan yang memberikan dividen biasanya dianggap sebagai perusahaan yang sehat dan stabil. Dividen dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi investor dan dapat membantu mengimbangi fluktuasi harga saham.
Perlu diketahui juga kalau tidak semua perusahaan akan memberikan dividen. Beberapa perusahaan lebih memilih untuk menginvestasikan laba kembali ke dalam bisnisnya untuk mendapatkan pertumbuhan yang lebih cepat.
4. Harga Saham
Harga saham adalah harga yang ditetapkan untuk setiap lembar saham. Harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan, kondisi pasar, dan kebijakan moneter. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan seperti laba, pendapatan, dan kinerja perusahaan lainnya.
5. Rasio Harga Laba (Price-to-Earnings Ratio)
Rasio Harga Laba (Price-to-Earnings Ratio atau P/E Ratio) adalah rasio yang membandingkan harga saham dengan laba per saham yang diperoleh perusahaan. P/E Ratio dapat membantu investor memahami apakah suatu saham sedang dihargai dengan baik atau tidak.
Semakin tinggi P/E Ratio, semakin mahal harga saham dibandingkan dengan laba per saham. Namun, P/E Ratio yang tinggi tidak selalu berarti suatu saham tidak layak dibeli. Ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan seperti pertumbuhan laba perusahaan dan prospek bisnisnya.
6. Arus Kas (Cash Flow)
Arus kas ini mengacu pada jumlah uang masuk dan keluar dari perusahaan. Arus kas yang positif menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan uang dari kegiatan operasionalnya. Arus kas yang negatif, di sisi lain, dapat menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
Arus kas juga dapat membantu investor memahami apakah perusahaan mampu membayar hutang dan dividen, serta melakukan investasi untuk pertumbuhan bisnisnya.
7. Rasio Utang terhadap Modal Sendiri (Debt-to-Equity Ratio)
Rasio Utang terhadap Modal Sendiri (Debt-to-Equity Ratio atau D/E Ratio) adalah rasio yang membandingkan jumlah utang perusahaan dengan modal sendiri atau ekuitas. Rasio ini dapat memberikan gambaran tentang seberapa besar risiko keuangan yang dimiliki oleh perusahaan.
Semakin tinggi D/E Ratio, semakin besar risiko keuangan perusahaan. Namun, perusahaan yang memiliki D/E Ratio yang tinggi tidak selalu buruk. Ada beberapa industri seperti sektor energi dan utilitas yang membutuhkan modal besar untuk melakukan ekspansi dan pengembangan.
Earnings Per Share (EPS) adalah laba bersih perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar. EPS dapat membantu investor mengevaluasi seberapa besar keuntungan yang dihasilkan oleh setiap saham.
EPS yang tinggi dapat menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan keuntungan yang baik dan mampu membayar dividen yang lebih tinggi. Namun, investor juga perlu memperhatikan apakah EPS perusahaan stabil atau tidak.
9. Debt to Equity Ratio
Salah satu analisis fundamental saham yang cukup penting adalah Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio adalah rasio antara total hutang perusahaan dan ekuitas perusahaan. Debt to Equity Ratio dapat membantu investor mengevaluasi seberapa banyak hutang perusahaan dibandingkan dengan modal yang dimilikinya.
Debt to Equity Ratio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang yang besar dan mungkin memiliki risiko kebangkrutan yang lebih tinggi. Sebaliknya, Debt to Equity Ratio yang rendah dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki modal yang cukup dan stabil.
10. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah rasio antara laba bersih perusahaan dan ekuitas pemegang saham. ROE dapat membantu investor mengevaluasi seberapa efektif perusahaan menggunakan modal yang ditanamkan oleh pemegang saham. ROE yang tinggi dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif dan mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi.
ROE yang terlalu tinggi juga dapat menjadi tanda peringatan. Perusahaan yang memaksakan ROE yang tinggi mungkin menggunakan hutang yang berlebihan atau melakukan tindakan yang tidak etis untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.
11. Price to Sales Ratio (P/S Ratio)
Price to Sales Ratio (P/S Ratio) adalah rasio antara nilai pasar perusahaan dan pendapatan bersih perusahaan. PSR dapat membantu investor memperkirakan apakah harga saham perusahaan terlalu tinggi atau terlalu rendah. PSR yang tinggi dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang overvalued, sementara PSR yang rendah dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang undervalued.
PSR juga memiliki kelemahan. PSR tidak memperhitungkan biaya dan laba bersih perusahaan, sehingga tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai kinerja perusahaan.
P/S Ratio dapat menjadi indikator yang berguna untuk investor dalam memilih saham untuk portofolio mereka. Investor yang mencari saham yang terjual dengan harga yang lebih murah mungkin akan memilih saham dengan P/S Ratio yang rendah, sementara investor yang mencari saham yang memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi mungkin akan memilih saham dengan P/S Ratio yang tinggi.
12. Price to Book Ratio (P/B Ratio)
Price to Book Ratio (P/B Ratio) adalah rasio antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku perusahaan. P/B Ratio dapat membantu investor mengevaluasi apakah harga saham perusahaan terlalu tinggi atau terlalu rendah. P/B Ratio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang overvalued, sementara P/B Ratio yang rendah dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang undervalued.
P/B Ratio juga dapat membantu investor memperkirakan apakah perusahaan memiliki aset yang cukup untuk menutupi semua hutangnya. P/B Ratio yang rendah dapat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset yang cukup untuk menutupi semua hutangnya.
13. Free Cash Flow (FCF)
Free Cash Flow (FCF) adalah jumlah uang yang tersisa setelah perusahaan mengeluarkan biaya operasional dan investasi. FCF dapat digunakan untuk memperkirakan seberapa mampu perusahaan untuk membayar dividen, mengurangi hutang, dan melakukan investasi masa depan.
FCF yang positif dapat menjadi indikator bahwa perusahaan memiliki arus kas yang sehat dan mampu menghasilkan keuntungan yang stabil. Namun, investor juga perlu memperhatikan apakah FCF perusahaan stabil atau tidak. Perusahaan yang mengalami fluktuasi FCF yang besar mungkin mengalami kesulitan finansial atau memiliki strategi bisnis yang tidak stabil.
14. Price to Earnings Ratio (P/E Ratio)
Price to Earnings Ratio (P/E Ratio) adalah rasio antara harga saham perusahaan dan laba bersih per saham. P/E Ratio bisa membantu investor dalam mengevaluasi seberapa mahal harga saham tersebut dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan.
P/E Ratio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang overvalued, sementara P/E Ratio yang rendah dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang undervalued. Ini juga data analisis fundamental saham yang tidak boleh dikesampingkan.
15. Price to Cash Flow Ratio (P/CF Ratio)
Price to Cash Flow Ratio (P/CF Ratio) adalah rasio antara harga saham perusahaan dan arus kas bersih per saham. P/CF Ratio dapat membantu investor mengevaluasi seberapa mahal harga saham perusahaan dibandingkan dengan arus kas yang dihasilkan.
P/CF Ratio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang overvalued, sementara P/CF Ratio yang rendah dapat menunjukkan bahwa saham perusahaan sedang undervalued. Namun, seperti PSR, P/CF Ratio juga memiliki kelemahan karena tidak memperhitungkan biaya dan laba bersih perusahaan.
16. Manajemen Perusahaan
Manajemen adalah orang-orang yang mengelola perusahaan dan membuat keputusan strategis yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen yang kompeten dan berpengalaman dapat membantu perusahaan mencapai tujuannya dan menghasilkan keuntungan yang stabil.
Manajemen yang tidak kompeten dapat menjadi ancaman bagi kinerja perusahaan. Investor perlu memperhatikan kinerja manajemen sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam saham perusahaan.
Kesimpulan
Dalam investasi saham, memahami data analisis fundamental saham adalah kunci untuk memilih saham yang tepat dan menghasilkan keuntungan yang stabil. Meskipun data fundamental tidak memberikan jaminan pasti untuk keuntungan, tetapi dapat membantu investor untuk membuat keputusan yang lebih informasi dan mengurangi risiko kerugian.
Tetapi, investor harus memperhatikan bahwa data fundamental juga harus dilihat dalam konteks yang tepat dan tidak dapat dijadikan satu-satunya alat untuk memilih saham. Investor juga perlu memperhitungkan faktor eksternal seperti kondisi pasar dan industri untuk membuat keputusan investasi yang lebih tepat.